Seni Budaya dan Rempah-rempah Kabupaten Aceh Selatan 100 Siap Tampil di PKA Ke-8

BANDA ACEH – Dalam rangka menyukseskan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan akan mempromosi bermacam rempah-rempah dan cagar budaya.

Hal tersebut disampaikan, Kepala dinas Pendidikan kabupaten Aceh Selatan, Akmal. AH., SP.d melalui Stafsus, Teuku Mudasir saat dijumpai hariandaerah.com di anjungan Aceh Selatan, Sabtu (4/11/2023).

pka
Macam Rempah-rempah yang Siap Tampil di PKA Ke-8, (Foto: acehheadline.com/Herlin).

Mudasir mengatakan, untuk PKA Ke-8 ini kabupaten Aceh Selatan akan menampilkan bermacam rempah-rempah yang telah ada sejak zaman sebelum kemerdekaan Indonesia sampai sekarang dikenal sampai ke internasional sebagai kabupaten penghasil rempah-rempah yang terbanyak di provinsi Aceh.

“Kita akan menampilkan bermacam rempah-rempah dari Aceh Selatan sesuai dengan tema PKA ke-8 tahun ini,” kata Mudasir.

Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan telah menegaskan kesiapan mereka untuk menghadirkan kekayaan rempah-rempah dan warisan budaya yang luar biasa dalam Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8.

Dengan fokus pada tema PKA ke-8 tahun ini, mereka berencana untuk memamerkan beragam rempah-rempah, termasuk yang telah diakui secara internasional, seperti buah Pala, cengkeh, Nilam, pinang, kemiri, lada hitam, kopi, kayu manis, kapulaga, kunyit, jahe, lengkuas, dan kencur. Tak hanya itu, selain rempah-rempah, mereka juga akan menampilkan kekayaan seni budaya Aceh Selatan, termasuk seni debus yang telah dikenal secara internasional, serta ragam seni-budaya lainnya.

Kesiapan mereka dalam menghadapi PKA ke-8 ini menunjukkan bahwa Aceh Selatan siap untuk bersaing dengan keunggulan dalam segi rempah-rempahnya dan keindahan seni budayanya.

Lebih lanjut, Mundasir menyebutkan bahwa rempah-rempah yang ditampilkan tersebut ada yang telah go ke internasional.

“Ya untuk rempah-rempah yang kita tampilkan itu diantaranya buah Pala, minyak, bunganya dan turunannya, cengkeh, Nilam dan turunannya, pinang, kemiri, lalda Puti dan lada hitam, dan kopi,” ujarnya.

“Kemudian kayu manis, kapulaga, cabe kering dan sejenis cabe lainnya, kunyit, jahe merah jahe putih, lengkuas beserta kencur,” tambahnya.

Pengambilan langkah konkret untuk mempromosikan ragam rempah-rempah yang menjadi kekayaan daerah, serta warisan budaya yang begitu berharga, merupakan upaya nyata Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan dalam memperkenalkan dan mempertahankan identitas unik mereka kepada dunia. Kehadiran mereka dalam PKA ke-8 adalah bukti komitmen untuk memperluas pemahaman tentang kekayaan budaya dan keanekaragaman alam yang dimiliki, sekaligus menjadi ajang bagi masyarakat lokal untuk terus melestarikan dan mengembangkan warisan berharga ini sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas Aceh Selatan.

“Sementara untuk persiapan dalan PKA Ke-8 ini Aceh Selatan 100 persen suda siap untuk bersaing, baik dari macam rempah-rempahnya maupun senih budaya nya,” pungkasnya.

Tak hanya itu, kata Mudasir, selain kaya akan sumber daya alam dan hasil rempah-rempah bernilai tinggi di pasar luar negeri,  Kabupaten Aceh Selatan juga kaya akan budaya dan adat istiadatnya.

“Buktinya, kabupaten yang terletak di pesisir Pantai Selatan Aceh ini didiami tiga suku lokal yaitu Aceh, Aneuk Jame dan Kluet,” kata Mudasir.

pka
Anjungan dan Seni budaya Aceh Selatan. (Foto: acehheadline.com/Herlin).

Sejarah Rempah Di Aceh Selatan

Sejak abad ke 18, kabupaten berjulukan “Negeri Teuku Cut Ali” ini pernah meraih kejayaannya dengan berbagai rempah hasil bumi yang melimpah. Karena itu, dulunya Aceh Selatan sering dijuluki “Negeri Rempah-rempah”.

Banyak masakan setempat yang memiliki aroma khas dan menonjolkan cita rasa rempah. Kerajaan Trumon sebagai bukti history kemakmuran dengan melimpahnya komoditi rempah kualitas terbaik dunia, diantaranya lada, merica, pala, nilam, cengkeh, kemiri, kapulaga dan lain sebagainya.

Pada masa kejayaannya, Kerajaan Trumon sudah memiliki mata uang sendiri sebagai alat tukar dalam proses jual beli dengan para pedagang dari belahan dunia yang singgah di pelabuhan internasional kala itu berada pesisir Kerajaan Trumon.

Pelabuhan itu sangat populer, bukti lain kejayaan Kerajaan Trumon juga ditandai dengan peninggalan sebuah benteng yang masih berdiri hingga saat ini masih dalam kondisi yang kokoh.

Bahkan salah satu alasan bangsa bangsa Eropa tergoda untuk menjajah tanah Aceh Selatan saat itu karena sumber daya alamnya yang melimpah, memiliki posisi wilayah yang sangat strategis karena terletak di tengah tengah perjalanan jalur rempah internasional.

Dimana pada masa itu pedagang-pedagang dari Australia yang hendak menuju Koeta Raja (Banda Aceh) terlebih dahulu berbelanja di Aceh Selatan. Sebaliknya mereka akan singgah kembali untuk membeli rempah-rempah sebagai barang dagangan yang akan dibawa pulang ke Benua Australia.

Hal ini dikuatkan dengan peta yang dibuat oleh Kapten laut asal Australia-Irlandia Samuel Ashmore, ini merupakan salah satu peta maritim terpenting dari tahun 1821.

Seiring berjalannya waktu, hubungan perdagangan rempah-rempah berjalan dengan lancar, hingga saat ini para petani di Aceh Selatan terus bercocok tanam dengan berbagai jenis tanaman rempah – rempah sebagai sumber kehidupan.

Tak hanya dikenal dengan hasil rempah-rempah, bahkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) RI telah menetapkan empat karya budaya Kabupaten Aceh Selatan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia.

Empat karya budaya Aceh Selatan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia yakni malamang atau tradisi memasak lemang, meudayang atau tradisi mengambil madu lebah Bulohseuma, kasab atau sulaman benang emas khas Aceh Selatan serta Rumah Rungko.

Pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 tahun 2023 ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Selatan juga menampilkan adat dan budaya tiga etnis, yakni Aceh, Aneuk Jame dan Adat Kluet. Ketiga etnis lokal ini memiliki ciri khas adat dan budaya masing-masing.

Pada pameran sebelumnya, Pemkab Aceh Selatan telah berhasil keluar sebagai juara umum pada PKA ke 4 tahun 2004 dan PKA ke-7 Tahun 2018. Event Kebudayaan yang digelar empat tahunan ini merupakan ajang promosi yang digelar oleh Pemerintah Aceh yang diikuti oleh 23 Kabupaten/Kota.

Bagi anda yang penasaran dengan adat dan budaya tiga etnis yang mendiami Kabupaten Aceh Selatan serta ingin mengetahui secara detail rempah-rempah yang dihasilkan di Kabupaten Aceh Selatan, sejarah dan asal usul Masyarakat Aceh Selatan anda bisa berkunjung ke Anjungan Aceh Selatan di Komplek Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh. (Adv)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *