BANDA ACEH – Ada yang unik di Anjungan Kabupaten Aceh Timur. Salah satunya Peratah Motif Bungong Geulima yang turut ditampilkan Kabupaten Aceh Timur pada perhelatan Pekan Kebudayaan Aceh ke 8 tahun 2023. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, Peratah adalah tempat tidur dan Bungong Geulima sebagai motifnya yang menandakan kayanya sejarah, budaya dan tradisi dengan identitas.
Peratah motif bungong geulima ini hanya dapat ditemui selama berlangsungnya perhelatan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 tahun 2023 yang berlangsung dari tanggal 04 hingga 12 November 2023 mendatang di Taman Sulthanah Safiatuddin, Kota Banda Aceh.
Salah satu penjaga anjugan Aceh Timur, Nyanyak mengatakan, Peratah tersebut sudah berumur lebih dari 100 tahun. Pada masa lampau, kata Nyanyak, Peratah tersebut digunakan oleh bangsawan dan pengantin pada saat momen pernikahan.
“Dulu Peratah digunakan oleh bangsawan dan pengantin,” kata Nyanyak saat ditemui Acehheadline.com, Rabu (08/11/2023).
Tak hanya itu, Nyanyak juga menyebutkan, bahwa Peratah motif bungong geulima adalah salah satu warisan khas asli yang dimiliki Kabupaten Aceh Timur. Motif yang disulam dalam Peratah tersebut bahkan telah dipatenkan menjadi bunga khas kabupaten Aceh Timur.
Nyanyak juga menjelaskan, bahwa ukiran-ukiran yang disebut sebagai motif itu juga mempunyai makna dan filosofi tersendiri. Motif bungong geulima ini bersumber dari peninggalan Al-quran Kerajaan Aceh Timur yang dicipta ulang oleh KJ Ratna (Ratna Dewi, A.Md).
“KJ Ratna mencipta ulang motif ini dan melibatkan unsur Majelis Adat Aceh Timur, tokoh budaya dan keluarga Kerajaan Aceh Timur,” jelasnya.
Kemudian, Nyanyak mengakui, bahwa Peratah motif bungong geulima saat ini nyaris punah di kabupaten Aceh Timur. Seiring berkembangannya zaman, masyarakat mulai meninggalkan menggunakan Peratah dan beralih menggunakan yang moderen. Walaupun ada yang menggunakan, hanya beberapa masyarakat saja.
“Tetapi, saya masih menggunakan Peratah ini, terutama saat menggelar perkawinan anak sekitar 15 tahun lalu,” ujarnya.
Meski PKA kali ini mengusung tema ‘Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia’, Nyanyak mengatakan, Aceh Timur sengaja menghadirkan Peratah yang berusia 100 tahun itu sebagai bahan pajangan. Hal itu, bertujuan agar warisan atau budaya Aceh Timur dilihat oleh generasi masa sekarang.
“Setidaknya dengan adanya pajangan ini, generasi-generasi Aceh tahu bahwa ini punya Aceh Timur yang sudah dipatenkan,” ungkapnya.
Selain motif bungong geulima, tutur Nyanyak, Peratah ini juga dibuat dari bahan kuningan. Sementara, bahan kasurnya terbuat dari kapas yang dipadukan dengan warna kasur dan Peratah yang membuat warisan ini semakin menarik.
“Peratah juga memiliki kelambu. Saya pikir dengan melihat pajangan ini, akan membawa memori kita ke 100 tahun yang lalu,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Nyanyak mengajak para pengunjung PKA untuk mampir dan melihat rempah-rempah dan budaya di anjungan Aceh Timur. Selain warisan dan peninggalan kerajaan, Aceh Timur juga memamerkan beragam kuliner khas dari daerah Aceh Timur.
“Gunakan sisa waktu PKA ini untuk mengunjungi anjungan Aceh Timur,” pungkasnya.
Pada kesempatan itu, koordinator kontingen Aceh Timur, Suriadi, SE mengatakan, bahwa motif bungoeng geulima tersebut diciptakan ulang dan dipatenkan oleh Ratna Dewi, A.Md, dengan melibatkan unsur dan stakeholder di Kabupaten Aceh Timur.
Suriadi juga menjelaskan, bahwa Pohon Geulima atau Delima adalah salah satu pohon yang sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh. Pasalnya, pohon delima merupakan pohon yang kerap digunakan masyarakat sebagai tanaman obat obatan untuk keluarga, mulai dari buah yang dapat dikonsumsi sebagai pemenuhan gizi, hingga daunnya yang dapat dimanfaatkan untuk obat obatan herbal.
Kemudian, Suriadi mengisahkan, bahwa sejak tahun 2019 yang lalu Ratna Dewi telah menekuni bordir dengan motif bungoeng geulima untuk membuat produk lukisan bordiran, batik, manik-manik dan sulaman bordir.
Sejak saat itu, ungkap Suriadi, wanita yang sering disapa Kak Ratna melalui sanggar kerajinan Ratna miliknya mencoba bekerjasama dengan unsur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Timur, MAA Aceh Timur dan Disperindagkop Aceh Timur untuk mematenkan motif Bungoeng Geulima tersebut. Kemudian, usaha tersebut berbuah hasil, pada tahun 2022 Ratna mendapatkan hak paten itu, dengan nomor: EBT11202100400.
“Alhamdulillah, kerja keras kak Ratna dan unsur yang terlibat, pada Maret 2022, Kj Ratna telah mendapatkan Paten produk motif Bungoeng Geulima sebagai produk motif asli Kj Ratna Kabupaten Aceh Timur dengan pencatatan Kemenkumham Nomor: EBT11202100400,” ungkap Suriadi.
Kemudian, Suriadi menjelaskan, kerajinan Ratna Taylor merupakan salah satu kerajinan yang dibangun oleh Ratna Dewi A.Md, beliau adalah perempuan Aceh Timur yang kretaif dan inovasi dalam membuka peluang kerja dan usaha ditingkat keluarga dan kepada generasi Aceh Timur pada sektor kerajinan dan menjahit.
“Dulu ibu kak Ratna adalah seorang wanita kreatif dibidang menjahit pakaian wanita. Diwaktu senggang, saat itu, kak Ratna pulang sekolah sering belajar menjahit dan belajar anyaman pandan kepada ibunya kak Ratna, salah satunya membuat Tika Duek dan tikar, yang bermotifkan bunga,” pungkas Suriadi mengisahkan cerita Ratna. (ADV)