BANDA ACEH – Dalam upaya mendukung perkembangan seni kontemporer di Aceh, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh (Disbudpar Aceh) kini aktif mendorong para pelaku seni lokal untuk memodernisasi karya seni tradisional mereka. Langkah ini ditujukan untuk menghadirkan sentuhan segar pada seni ornamen dan seni lukis, dengan menggunakan teknologi modern seperti komputer sebagai alat dalam menciptakan karya seni yang lebih kontemporer.
Sebelumnya, seni lukis di Aceh umumnya menggunakan teknik tradisional dengan kuas dan cat. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, Disbudpar Aceh mendukung para seniman untuk beralih menggunakan teknologi komputer dalam proses penciptaan karya seni lukis mereka. Hal ini bertujuan untuk memberikan ruang lebih luas bagi ekspresi kreativitas dan memperluas pangsa pasar bagi seniman Aceh dalam kancah seni nasional maupun internasional.
“Kami mendorong para seniman lukis yang masih menggunakan teknik tradisional dengan kuas untuk memperluas cakupan kreativitas mereka dengan beralih ke penggunaan teknologi komputer. Hal ini akan membantu mereka menggali berbagai kemungkinan baru dalam penciptaan karya seni yang lebih inovatif dan dapat menjangkau audiens yang lebih luas secara global,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal kepada acehheadline.com, Banda Aceh, Kamis (19/10/2023).
Selain seni lukis, Disbudpar Aceh juga mengajak pelaku seni ornamen untuk melakukan transformasi karyanya menuju seni kontemporer. Seni ornamen memiliki nilai-nilai keindahan yang kaya dari warisan budaya Aceh.
“Dengan memodernisasi seni ornamen, pelaku seni diharapkan mampu menghadirkan karya yang tetap menghormati akar budaya namun juga dapat diapresiasi dalam konteks seni kontemporer modern,” ucap Almuniza.
Namun demikian, upaya transformasi seni kontemporer di Aceh tidak melupakan nilai-nilai lokal dan keislaman yang menjadi identitas kuat daerah ini. Terutama dalam seni tari, Disbudpar Aceh menekankan bahwa transformasi ke kontemporer harus tetap memperhatikan nilai-nilai syariat Islam. Seni tari di Aceh memang memiliki keunikan tersendiri yang tidak lepas dari nilai-nilai keagamaan, dan dalam pengembangannya, Disbudpar Aceh menegaskan pentingnya menjaga kesakralan nilai-nilai tersebut.
Almuniza Kamal juga menjelaskan, “Upaya menghadirkan seni kontemporer yang berakar pada kekayaan budaya lokal serta nilai-nilai Islam merupakan komitmen kami dalam menjaga identitas seni Aceh di tengah arus perkembangan seni global.”
Transformasi seni kontemporer juga diharapkan dapat memberikan dorongan positif bagi industri kreatif di Aceh, tidak hanya sebagai penggerak pariwisata, tetapi juga sebagai salah satu wadah untuk melestarikan dan mengembangkan kekayaan seni dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Aceh.
Dalam mengimplementasikan langkah ini, Disbudpar Aceh akan menggelar berbagai pelatihan, lokakarya, serta pameran seni guna memberikan ruang bagi para seniman lokal untuk berekspresi dan berkarya. Selain itu, pihak Dinas juga berencana untuk bekerja sama dengan komunitas seniman dan lembaga terkait guna mendukung pengembangan seni kontemporer di Aceh secara berkesinambungan.
Diharapkan, melalui upaya ini, seni kontemporer Aceh akan semakin berkembang dan mampu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kekayaan budaya dan identitas Aceh yang kuat. Disbudpar Aceh berkomitmen untuk terus mendukung para seniman dalam mengembangkan karya-karya seni yang mampu memukau, memberi inspirasi, serta memperkaya ragam seni di Indonesia.
Kreativitas seni kontemporer di Aceh semakin diperkuat dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk lembaga pendidikan dan komunitas seni. Universitas dan sekolah seni di Aceh juga terlibat aktif dalam memberikan pembekalan kepada para generasi muda untuk menggali potensi kreativitas mereka dalam menciptakan karya seni kontemporer yang inovatif. Hal ini diharapkan dapat menjadi landasan kuat bagi perkembangan seni kontemporer Aceh ke depannya.
Penggunaan teknologi modern dalam menciptakan karya seni tidak hanya memungkinkan variasi dan kemudahan bagi seniman, tetapi juga membuka peluang yang lebih luas dalam memasarkan karya-karya mereka.
“Dengan adanya kemudahan akses internet, karya seni kontemporer Aceh dapat dijangkau oleh berbagai kalangan, baik secara lokal maupun global, sehingga memperluas apresiasi terhadap seni Aceh secara keseluruhan,” jelas Kadisbudpar Aceh.
Selain seni lukis, seni tari juga menjadi fokus utama dalam upaya transformasi ke arah kontemporer. Meskipun seni tari di Aceh memiliki keterikatan yang erat dengan nilai-nilai syariat Islam, namun seniman tari berupaya untuk memadukan aspek tradisional dengan sentuhan kontemporer.
“Dalam konteks seni tari, kami tetap menekankan penghormatan terhadap nilai-nilai syariat Islam, yang membedakan dengan praktik di beberapa negara lain di mana pelaku seni tari dapat bebas melakukan aksi yang melibatkan interaksi antara lawan jenis tanpa pertimbangan nilai-nilai agama dan moral. Ini menegaskan komitmen kami untuk mempertahankan kesucian dan keutuhan nilai-nilai keagamaan dalam ekspresi seni tari di Aceh,” ungkap Kadisbudpar Aceh.
Ini dilakukan agar seni tari Aceh tetap dapat mempertahankan esensi dan keunikan budaya lokalnya sambil memberikan ruang bagi eksplorasi kreativitas dalam bentuk yang lebih modern.
Para seniman dan komunitas seni di Aceh juga aktif berkolaborasi untuk mengadakan pertunjukan seni dan pameran yang mengusung tema-tema kontemporer. Hal ini tidak hanya menjadi ajang untuk menampilkan karya seni, tetapi juga sebagai platform untuk bertukar ide, berbagi pengalaman, dan membangun jejaring kolaborasi antar-seniman.
Dalam upaya mendukung pengembangan seni kontemporer di Aceh, Disbudpar Aceh juga menggalakkan program pendanaan bagi pelaku seni. Dengan memberikan dukungan finansial, diharapkan para seniman dapat lebih leluasa mengembangkan karya-karya mereka tanpa terkendala oleh kebutuhan materi.
Melalui berbagai inisiatif ini, Aceh terus bergerak maju dalam pengembangan seni kontemporer yang tetap menghormati dan memperkaya warisan budaya lokal. Transformasi seni tradisional ke arah kontemporer tidak hanya menciptakan revitalisasi seni, tetapi juga menjadikan seni sebagai salah satu aspek penting dalam pembangunan identitas budaya dan kreativitas masyarakat Aceh yang beragam.