BANDA ACEH – Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh menargetkan angka stunting di Provinsi paling bara Indonesia tersebut turun jadi 5 persen di akhir tahun 2022.
Berdasarkan data Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Aceh, angka prevalensi stunting di provinsi ujung barat Indonesia tersebut mencapai 31,2 %.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr. Munawar, Sp. OG (K), melalui Kepala Bidang kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, dr. Sulasmi, MHSM kepada acehheadline.com, Senin (27/11/2023).
Menurut Sulasmi, stunting adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan yang tidak sesuai dengan umur terhadap anak anak seusianya.
“Stunting atau pertumbuhan anak yang terhambat menjadi salah satu indikator penting kesehatan masyarakat, dan Dinkes Aceh berusaha keras untuk mengatasi masalah ini,” kata Sulasmi.
Dikatakan Sulasmi, angka stunting yang masih tinggi di provinsi Aceh menjadi perhatian serius pemerintah setempat walaupun angka prevalensi tersebut turun dua persen dalam rentang dua tahun terakhir.
“Kami berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal anak-anak di Aceh. Meningkatkan gizi dengan pemberian makanan tambahan (TMP), dan edukasi kepada masyarakat terhadap pentingnya konsumsi protein hewani untuk mencegah stunting,” ujar Sulasmi.
Dikatakannya, salah satu langkah konkret yang diambil Dinkes Aceh adalah peningkatan program pemberian makanan tambahan (PMT) yang kaya akan protein hewani untuk balita di berbagai wilayah di Aceh.
Program ini, kata dia, tidak hanya bertujuan untuk memberikan asupan gizi yang cukup tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya pola makan sehat bagi tumbuh kembang anak.
Selain itu, lanjutnya, penguatan posyandu di setiap desa juga menjadi prioritas Dinkes Aceh. Dengan melibatkan masyarakat setempat, diharapkan informasi dan pemahaman tentang pentingnya perawatan kesehatan anak dapat tersebar dengan lebih luas.
“Posyandu juga menjadi tempat untuk memantau pertumbuhan anak secara berkala dan memberikan konsultasi kepada orang tua,” katanya.
Tak hanya itu, program program seperti kegiatan penyuluhan di sekolah-sekolah menjadi bagian integral dari strategi Dinkes Aceh. Sulasmi menekankan pentingnya peran pendidikan dalam menciptakan pola hidup sehat.
“Kami ingin melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk pelajar, agar mereka memahami peran mereka dalam menjaga kesehatan dan pertumbuhan anak-anak di sekitar mereka,” tambahnya.
Dalam rangka mendukung upaya tersebut, Dinkes Aceh bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Pusat Kesehatan Masyarakat atau disebut Puskesmas.
“Kerjasama ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas program-program kesehatan yang dijalankan,” imbuhnya.
Pemberdayaan perempuan juga menjadi fokus dalam menangani permasalahan stunting. Dinkes Aceh merancang program khusus yang memberdayakan perempuan untuk menjadi agen perubahan dalam lingkungan mereka.
Salah satu program yang diluncurkan pemerintah kepada para remaja Putri untuk mencegah ancaman angka stunting yang terus naik adalah pemberian Tablet Tambah Darah (TTD).
Tablet Tambah Darah (TTD) merupakan suplemen gizi bervitamin dan mineral yang di dalamnya mengandung zat besi yang setara dengan 60 mg besi elemental dan 400 mcg asam folat. Zat besi sendiri merupakan mineral yang berperan penting dalam pembentukan hemoglobin atau sel darah merah dalam tubuh. Sel darah merah memiliki fungsi yang vital, sebab sel ini bertugas memasok zat-zat penting ke dalam tubuh.
“Konsumsi TTD bagi remaja putri sangat disarankan, karena setiap bulannya wanita kehilangan banyak darah akibat menstruasi. Berkurangnya volume darah di dalam tubuh rentan membuat wanita mengalami anemia,” ucapnya.
Dia menyadari bahwa penurunan angka stunting bukanlah tugas yang mudah dan membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Sulasmi mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama mendukung program-program kesehatan yang telah diinisiasi.
Melalui komitmen yang kuat, Dinkes Aceh dan kerjasama lintas sektor, diharapkan bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun penurunan signifikan angka stunting di Aceh.
“Masyarakat diharapkan ikut serta aktif dalam mendukung upaya ini, mulai dari perubahan pola makan hingga mendukung program-program kesehatan yang telah diselenggarakan oleh pemerintah setempat. Dengan langkah-langkah konkret dan sinergi yang baik, Aceh optimis dapat mencapai target penurunan angka stunting yang telah ditetapkan,” imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan, Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Blang Bintang, TM. Jakfar, SKM, melalui staf gizi Puskemas Blang Bintang, Novi Yani mengatakan, angka prevalensi stunting di wilayah tersebut per september 2023 yaitu mencapai 18,6%.
“Untuk target tahun ini harapan kami angka stunting bisa turun ke angka dibawah target nasional yaitu 16%,” ujaranya.
Novi menjelaskan, untuk mencapai target tersebut pihak tetap bekerja keras untuk melakukan program yang di berikan oleh pemerintah yaitu pemberian makanan tambahan (TMP), Pemberian tablet tambah darah, serta melaku edukasi kepada masyarakat pentingnya konsumsi protein hewani untuk cegah stanting.
Menurutnya faktor utama terjadi stunting di wilayah tersebut yaitu faktor ekonomi dan pola asuh yang kurang tepat.
“Yang biasa sering terjadi yaitu faktor ekonomi dan pola asuh yang kurang tepat,” kata Novi.
Novi berharap angka stunting di wilayah Blang bintang dapat turun sesuai dengan yang di target atau di bawah target nasional.
“Dengan pemberian makanan tambahan, tablet tambah darah kepada remaja putri dan edukasi kepada masyarakat diharapkan dapat menurunkan angka stunting di daerah ini khususnya di Blang Bintang,” pungkasnya (ADV)